Rabu, 04 Februari 2015

Ikan Kerapu, Andalan Masyarakat Kofiau

Ikan Kerapu, Andalan Masyarakat Kofiau
Di pulau Kofiau, ada sejenis biota laut yang memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat Kofiau yang namanya Kerapu. Kerapu adalah sejenis ikan yang sangat unik di laut Kofiau yang lebih dikenal dengan nama lokal sebagai ikan Geropa. Jenis ikan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kofiau untuk kebutuhan ekonominya.


Ikan kerapu atau Geropa dapat ditangkap dengan cara memancing biasa. Setelah para nelayan masyarakat Kofiau mendapat hadan danging dari ikan kerapu ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kofiau mendapat hasilnya masyarakat menjualnya ke pengusaha yang ada di kampung Deer, Balal dan Tolobi sebagai penada di wilayah Kofiau dan selanjutnya akan di jual ke kapal penampung.
Selain masyarakat menjadikan jenis ikan ini sebagai salah satu mata pencaharian, tapi juga untuk dimakan. Menurut Efrion Watem sebagai nelayan lokal di pulau Kofiau menyatakan bahwa di pulau Kofiau terdapat 4 jenis ikan kerapu yakni, GH, Tonseng, Saiseng, mulut tikus dimana harganya yang bervariasi atau berbeda-beda. Jenis GH harga bisa mencapai Rp. 70.000/kg, Saiseng sekitar Rp. 60.000/kg, sedangkan Tonseng bisa mencapai Rp. 200.000/kg, dan mulut tikus mencapai Rp. 250.000/kg
Ikan kerapu juga dapat diolah menjadi ikan asin atau ikan garam. Proses untuk pembuatan ikan kerapu menjadi ikan asin adalah, pertama membersihkan sirip da nisi perut ikan tersebut, kemudian belah menjadi dua. Setelah itu, oleskan garam kasar pada daging ikan, dan bungkus dengan karung atau di simpan dalam drum selama satu hari satu malam, lamanya penyimpanan tergantung cuaca pada hari itu.


Setelah disimpan kurang lebih satu malam, besihkan kembali lalu di jemur pada para-para yang terbuat dari kayu selama kurang lebih 4-6 hari hingga kering. Setelah ikan tersebut sudah kering dengan baik dapat dijual ke penadah di kampong Deer, Balal, atau Tolobi dengan harga Rp 20.000/kg. Apabila dijual langsung ke Sorong bisa mendapatkan sekitar Rp 25.000 - Rp 27.000/kg.
Efrion Watem juga menyampaikan bahwa empat jenis kerapu tersebut masih banyak didapat di perairan Kofiau dan Boo, sehingga setiap nelayan lokal maupun nelayan dari luar yang mancing dengan menggunakan pancing dasar mudah mendapatkan hasil yang banyak dan memuaskan.
Sampai pada saat ini banyak masyarakat yang mendiami di Kofiau memanfaatkan sumber daya alam lautnya dengan baik. “Karena kerja sama masyarakat Kofiau dengan The Nature Conservancy (TNC) untuk melakukan pengawasan, sehingga laut itu menjadi aman dan kami masyarakat Kofiau muda mendapatkan hasil laut kami” kata Efrion Watem.
(Teks: Kepas Waropen - Editor: Otniel Effruan & Nikson Watem)
(Foto: Yohanes Maturbongs/TNC & Feri Latief)

Publikasi. Otis Mambrasar/TNC




2 komentar:

  1. Kabupaten Raja Ampat memiliki sumberdaya ikan dengan potensi lestari (MSY) sebesar 590.600 ton/tahun atau dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 470.000 ton/tahun. Kabupaten Raja Ampat memiliki sumberdaya ikan yang sudah dimanfaatkan sebesar 38.000 ton/tahun, diluar dari pemanfaatan perikanan subsistem, sehingga diperkirakan masih memiliki peluang dimanfaatkan sebesar 430.000 ton/tahun. Jenis ikan yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Raja Ampat sangat banyak, Komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Raja Ampat, antara lain ikan tuna, cakalang tenggiri, kerapu, napoleon, kakap merah, teripang, dan udang lopster. Daerah penangkapan ikan kerapu dan napoleon terdapat di perairan Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Kepulauan Ayau, Batanta, Kofiau dan Misool; Lobster di perairan Waigeo, Misool dan Kofiau; cumi-cumi di perairan Waigeo Selatan dan Misool; Teripang, dan ikan tenggiri hampir diseluruh perairan Kabupaten Raja Ampat.

    BalasHapus
  2. Perikanan merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Kabupaten Raja Ampat, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Dengan memiliki ekosistem laut yang masih terjaga dan keanekaragaman biota laut yang tinggi, sektor perikanan memiliki potensi yang besar sehingga diharapkan dapat menjadi roda pengerak utama ekonomi Kabupaten Raja Ampat. Hal ini sesuai dengan visinya sebagai Kabupaten Bahari yang menempatkan sektor perikanan dan kelautan sebagai sektor unggulan dalam membangun Kabupaten Raja Ampat ke depan.

    Selain komiditi perikanan tangkap seperti ikan, udang, cumi-cumi, kerang/siput dan teripang, budidaya mutiara, kerapu, dan rumput laut juga sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan masuknya berbagai investasi, baik skala nasional maupun internasional di sektor ini. Begitu pula Dinas Perikanan dan Kelautan Raja Ampat pada saat ini sedang melakukan upaya pembibitan rumput laut di beberapa tempat guna memasok kebutuhan bibit rumput laut bagi seluruh distrik di Kabupaten Raja Ampat.

    BalasHapus