Rabu, 04 Februari 2015

PEDULI TERHADAP ALAM BAWAH LAUT KOFIAU UNTUK DI LIDUNGI

Pulihnya Ekosistem Terumbu Karang di Kofiau

Pulau Kofiau dan Boo merupakan salah satu kawasan perairan dalam Segitiga Karang Dunia yang terletak di Raja Ampat. Dengan luas Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) mencapai 170.000 hektar, perairan Kofiau dan Boo memiliki tingkat keanekaragaman jenis terumbu karang yang tinggi serta dihuni oleh beragam habitat biota laut.



Terumbu karang merupakan mahkluk hidup yang tumbuh besar dan menjadi rumah bagi ikan. Ikan dapat berlindung, bertelur dan berkembang biak di hamparan terumbu karang. Secara ekologis, terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang berfungsi sebagai penangkal ombak, akan tetapi terumbu karang juga dapat mengalami kerusakan akibat dari aktivitas manusia. Tidak sedikit nelayan dari luar yang datang ke wilayah Kofiau dan Boo untuk mencari ikan dengan menggunakan bahan peledak yang merusak ekosistem terumbu karang di perairan Kofiau dan Boo. Penggunaan bahan peledak tersebut dapat mematikan kulit-kulit karang sehingga memperlambat masa pertumbuhan karang. Dampak dari kegiatan yang merusak ini adalah rusak atau patahnya  terumbu karang, matinya segala biota yang berada di sekitar daya ledaknya.  Kematian dan kerusakan yang diakibatkan pun sangat besar sehingga hal ini juga menyebabkan berkurangnya perkembangbiakkan ikan dan biota lainnya yang berada di sekitarnya.


Nelayan yang menggunakan bom ikan selalu datang ke perairan Kofiau dan Boo pada musim angin dan hari-hari besar keagamaan, dimana pada saat-saat tersebut masyarakat Kofiau tidak keluar untuk memancing. Tetapi saat ini para nelayan-nelayan tersebut sudah mulai berkurang untuk mencari di perairan Kofiau karena sudah adanya tim patroli masyarakat yang melaksanakan kegiatan pengawasan di perairan Kofiau dan Boo.
Menurut Yushein Umpain, seorang guru Pendidikan Lingkungan Hidup dari Kampung Deer, sejak dengan adanya kegiatan pengawasan atau patroli di perairan Kofiau dan Boo yang dilakukan oleh masyarakat pada awal tahun 2011, maka pemulihan pada terumbu karang mulai terlihat. “Dulunya ikan-ikan hilang dan karang rusak, sekarang ikan mulai kembali lagi.” ucapnya.
Data yang diperoleh dari Team Monitoring yang melakukan pemantauan kesehatan terumbu karang di perairan Kofiau dan Boo pada tahun 2013 menunjukkan bahwa terumbu karang yang sehat mencapai 75% sedangkan 25% terumbu karang di perairan Kofiau belum mengalami pemulihan. Pemantuan kesehatan terumbu karang yang dilakukan setiap tahun oleh TNC dan masyarakat ini bertujuan untuk bisa mengetahui berapa persen terumbu karang yang masih sehat atau mulai pulih, dan berapa banyak terumbu karang yang sudah mati.
Berdasarkan informasi tersebut, team pengawasan di perairan Kofiau dan Boo akan selalu terus dan terus melaksanakan kegiatan pengawasan untuk mencegah para nelayan dari luar yang datang ke Kofiau untuk mencari dengan menggunakan bahan peledak. Dengan begitu, terumbu karang di perairan Kofiau dan Boo akan membaik maka ikan berlimpah dan biota yang lain akan kembali.


(Teks: Otis Mambrasar/ TNC)
(Foto: Purwanto/TNC, Dwi Aryo Tjipto Handono/TNC, Nanang Sujana)











Tidak ada komentar:

Posting Komentar